Hai chingu! :D
Aku kembali lagi membawa
postingan Sinopsis Exo Next Door episode 16, yeay!
.
.
OMG!!! YA TUHAN!! EPISODE
16!! EPISODE TERAKHIRR??! APPAA?!! –Dilempar pot sama tetangga sebelah-
Yak. Kira-kira kayak
gitulah rasanya waktu aku mo ngerecaps episode ini. Gak nyangka bener-bener uda
sampe episode terakhir.
Setidaknya setelah ini
bakal ada season 2 :D Tunggu tanggal mainnya yaa..
Chan yeol berlari kencang
menuju taman bermain tempat Yeon Hee sudah menunggu. Tapi ketika Chan yeol
datang, Yeon Hee sudah tak ada di sana. Chan yeol melihat sekeliling taman itu
baik-baik dan menemukan Yeon Hee sedang meringkuk di tangga pojok taman. Chan
yeol menghela nafas lega, tersenyum melihatnya. Ia lalu menghampirinya.
Yeon Hee mendongak kaget
saat melihat Chan yeol berada di sampingnya.
“Aku tahu aku terlambat.
Apa kau marah?” ujar Chan yeol. Yeon Hee segera berdiri, ia memandang Chan yeol
seperti tak percaya. Ia lalu menggeleng.
“Tidak terlalu.” Ucapnya
tak jelas. Chan yeol tak mengerti ucapannya.
Yeon Hee menunjuk
bibirnya.
“Bibirku membeku.”
Ujarnya.
Chan yeol tertawa geli.
Ia menghangatkan tangannya dan menaruh tangannya di pipi Yeon Hee-mencoba
menghangatkannya- sampai bibir Yeon Hee monyong ke depan. Chan yeol tertawa
geli lagi.
“Ah, ini hangat.” Ucap
Yeon Hee dengan bibirnya yang monyong.
Sementara Do sedang
berada di kamar, merenung. Ia kembali mengingat percakapannya dengan Yeon Hee
saat masih berada di taman bermain beberapa saat yang lalu.
“Apa yang kau lakukan di
sini? Menunggu seseorang?” tanya Do.
“Chai.” Jawab Yeon Hee
tak jelas. Do tak mengerti ucapannya. Yeon Hee sedikit menghangatkan bibirnya
yang kebas, lalu mengulangi jawabannya. “Chan.”
Do terlihat sedikit tak
senang.
“Sudah berapa lama kau di
sini?” tanyanya. Yeon Hee mengecek handphonenya. “Sekitar 4 jam.”
“Jika dia tak datang kau
seharusnya pulang.” Ujar Do kesal.
“Dia tak menjawab telepon
dan aku tak mau kehilangannya. Apa sesuatu terjadi padanya?” ujar Yeon Hee
khawatir. Do menatapnya dingin.
“Kau mengkhawatirkannya
di saat kau sendiri membeku?” tanyanya.
“Dia tidak menjawabya
bukan tanpa alasan.” Bela Yeon Hee pelan.
Do menjelaskan bahwa dia
ada sedikit masalah sebelumnya, tapi sekarang semua sudah baik-baik saja.
“Chan yeol sudah di
rumah. Ayo kita pergi.” Lanjutnya masih dengan raut dingin. Ia menarik tangan
Yeon Hee mengajaknya pulang. Tapi Yeon Hee menolaknya. Do terlihat terkejut.
“Ada hal yang harus aku
lakukan dengannya. Aku sudah menyiapkan ini semua.” Ujar Yeon Hee.
“Jadi kau akan terus
menunggu?” tanya Do pelan. Yeon Hee mengangguk semangat. Yeon Hee berkata bahwa
Chan yeol pasti datang. Do sendiri yang bilang bahwa semua sudah baik-baik
saja.
Do terpaku.
Sebuah pesan masuk ke
handphone Do, menyadarkannya dari lamunannya. Pesan dari Yeon Hee.
Aku akan bertemu dengannya. Terimakasih chingu.
“Mungkin seharusnya aku tak memberitahu Chan yeol.” Ujar Do dalam hati.
Sebelumnya Do datang ke
kamar Chan yeol. Menatap Chan yeol penuh arti, penuh dengan kesedihan juga kekecewaan.
Chan yeol menatapnya balik, bingung. Namun tiba-tiba Chan yeol sadar sesuatu
dan buru-buru mengambil jaketnya dan berlari keluar kamar. Meninggalkan Do yang
terpaku, menunduk.
“Semenit di sana, kurasa membuatnya menunggu lama. Namun aku ingin mencarinya
sendiri. Untuk sekali saja, aku tak ingin menjadi baik.” Batin Do egois.
“Tapi kau terlihat sangat kedinginan. Kau adalah gadis pertama yang
kuulurkan tangan tanpa ragu-ragu. Aku tak pernah tahu jantungku berdegup begitu
kencang. Tapi aku terlambat dan terlalu pengecut untuk berbagi kenangan
bersamanya.” Do mengingat saat ia pertama kali menyentuh pipi Yeon Hee,
saat ia menanyakan siapa lelaki yang paling ia suka, saat Yeon Hee tertawa
bersama Chan yeol.
Do mengalihkan pandangan
ke jendela.
“Aku menyukaimu. Aku menyukaimu.” Sadarnya.
Do kembali mengingat saat
di taman bermain tadi.
“Aku, temanmu kan?”
ujarnya pelan, menatap Yeon Hee tajam, penuh dengan pengharapan.
Yeon Hee mengangguk. “Ya,
kita teman.” Ujarnya pelan, tapi mantap.
Do mengingat saat dulu ia
meminta menjadi teman Yeon Hee, saat berada di kamarnya.
“Bodohnya aku. Aku tak akan pernah lagi meminta seorang gadis untuk
menjadi temanku. Mungkin suatu hari nanti gadis yang aku suka, juga akan
menyukaiku.” Do tersenyum pahit, menyandarkan kepalanya ke sofa dan
memejamkan matanya.
“Dan itu akan menjadi sebuah keajaiban.”
Yeon Hee berada di
kamarnya mengingat saat Chan yeol menangkupkan tangannya ke pipinya dan
tersenyum hangat. Yeon Hee memekik senang dan menggeliat-geliat malu di
kasurnya.
“Itu membuatku menggeliat
dengan malu, tapi, aku sangat senang! Ya tuhan!” pekiknya kembali
menggeliat-geliat di kasurnya.
Gwangsu dan Ibunya yang
berada di bawah, sedang menonton Tv menengok ke lantai atas, heran dengan
pekikan Yeon Hee.
“Apa yang terjadi pada kakakmu? Apa dia gila?” ujar ibunya
menoleh pada Gwangsu.
“No, no, no. Dia
berkomunikasi dengan tetangga supranatural kita, seperti lumba-lumba.” Ujarnya bodoh. Ibunya berkedip tak percaya.
“Gwangsu, anakku. Apa kau
sakit? Apa kau ada keluhan?” ujar ibunya berusaha sabar. Gwangsu menggeleng
pelan.
“Bagus. Semua yang
kuinginkan adalah agar kau sembuh.” Ujar
Ibunya menggertakkan gigi gemas namun tetap tersenyum. Berusaha menahan
kesabaran dengan keanehan anaknya yang semakin menjadi-jadi.
Chan yeol duduk di depan
meja di kamarnya, memperhatikan Yeon Hee membersihkan kamarnya. Ia teringat
ucapan Suho.
“Chan yeol, jadwal tur kita sudah diatur. Sudah
siap? Ya, kita akan berangkatlebih cepat dari yang diperkirakan.Tidak ada
banyak wakt lagi, kita harus mengecek semua barang yang akan kita bawa.”
Chan yeol menghela nafas
panjang. Melamun.
“Ada seorang anak kecil.”
Ujarnya tiba-tiba, seolah bicara pada dirinya sendiri. Yeon Hee menoleh pada
Chan yeol heran.
“Dia tidak pandai
mengungkapkan emosinya. Dia menyukai seorang gadis, tetapi dia tak berani
memberitahu gadis itu tentang perasaannya.” Lanjut Chan yeol.
“Suatu hari seorang anak
mengambil boneka beruang gadis itu. Akhirnya anak itu berbicara padanya. Dia
bilang bahwa jika dia mengambilkan boneka beruang itu, gadis itu mungkin akan
menyadari perasaannya. Dia hanya berpura-pura. Dia tahu bagaimana perasaannya
bahkan jika ia tak mengatakan hal itu. Dia tak tahu kenapa. Tapi itulah yang ia
pikir.” Ujar Chan yeol mengakhiri monolognya. Ia bangkit dan berdiri, lalu
menoleh pada Yeon Hee yang selama ini memperhatikannya.
“Aku tak berbuat baik
padamu. Aku minta maaf.” Ujarnya seraya tersenyum. Yeon Hee terpaku menatapnya.
“Aneh, apa ini? Wajahmu
tak memerah.” Ujar Chan yeol tersenyum menggoda. Yeon Hee tersadar dan meraba
pipinya.
“Oh, kau benar!” ujarnya
sambil tersenyum. Chan yeol berbalik memunggungi Yeon Hee.
“Kau tidak perlu datang
lagi.” Ujarnya membuat Yeon Hee kaget.
“Kau dipecat, bodoh.”
Ujar Chan yeol dengan berat. Ia menoleh mendapati Yeon Hee yang terkejut. Ia
lalu tersenyum lemah.
“Tapi, tugas Gadis
Incheon belumlah selesai.” Ujarnya dengan ceria.
“Tugas?” ujar Yeon Hee
bingung.
Chan yeol, Do, Baekhyun
dan Sehun sudah berada di luar rumah pagi-pagi sekali. Mereka bersiap
meninggalkan rumah itu.
“Hei, ayo pergi.” Ajak
Baekhyun tersenyum, lalu masuk ke van. Do dan Chan yeol terdiam, masih
memandangi rumah Yeon Hee. Sementara Sehun sibuk menelepon Gwangsu, namun tak
ada jawaban.
“Aku ingin bertemu
Gwangsu untuk terakhir kalinya sebelum pergi. Kenapa dia tak menjawab, dia
tertidur atau apa?” keluh Sehun.Sehun masuk ke van, diikuti Do. Chan yeol masih
berdiri terdiam.
“Selamat tinggal Ji Yeon Hee.”
Van mulai berjalan.
Tiba-tiba ada seseorang yang mengejar van mereka. Sehun membuka kaca jendela
van dan melihat di spion. Gwangsu. Ia berlari mengejar van itu,
melambai-lambaikan bungkusan di tangannya.
“Chingu-ya!” ujar Sehun
dengan ekspresi terkejut dan sedih, mengulurkan tangannya ingin meraih
Gwangsu.Van masih tetap berjalan dan Gwangsu tetap berusaha keras mengejar
mereka. Van akhirya menepi. Sehun berlari keluar menyongsong Gwangsu. Mereka
bertemu di tengah-tengah dan berpelukan erat.
“Aku merindukanmu. Kenapa
kau terlambat?” ujar Sehun kesal. Gwangsu mengulurkan bungkusan di tangan
kirinya dan termos di tangan kanannya.
‘Kopi Guatemala tanpa di
bakar’
“Apa ini?” ujar Sehun
bingung.
“Aku membuat ini
semalaman. Aku menangani masing-masing biji dengan hati-hati. Minumlah nanti di
pesawat.” Ujar Gwangsu menahan tangis. Sementara Sehun tambah kesal.
“Kau tak perlu
membuatnya.” Ujar Sehun.
“Dah Sehun. Aku akan
membuatnya sedikit tidak kasar lain kali.” Ujar Gwangsu menahan tangis. Sehun
memandanginya.
“Aku akan kembali.
Jagalah dirimu.” Ujar Sehun. Lalu Sehun memeluk Gwangsu untuk yang terakhir
kali. Van kembali berjalan dan memisahkan Sehun dan Gwangsu.
Gwangsu kembali ke
campnya dan menemukan sebuah kayu khusus untuk latihan memukul dari Sehun.
Tertempel sebuah stick note.
Jadilah seorang seniman bela diri yang sejati.
Gwangsu pun terharu.
“Dia memecatku, lalu menyuruhku
membeli sup saat subuh?” ujar Yeon Hee kesal di jalanan menuju rumah Chan yeol.
“Aku akan memanaskan sup
ini, dan membuat mulutnya terbakar. Itu akan memberi pelajaran baginya.” Lanjut
Yeon Hee. Ia sampai di depan rumah Chan yeol dan terkejut melihat tumpukan
kardus di depan rumah.
Yeon Hee berlari ke rumah
itu, masuk ke kamar Chan yeol dan mendapati kamar itu sudah kosong. Ia
terhenyak. Tiba-tiba matanya menumbuk sebuah benda di atas meja, tempat gitar
Chan yeol.
“Dia meninggalkan ini?”
ujar Yeon Hee. Ia membuka tempat gitar itu dan menemukan sebuah headphone,
i-pod, selembar surat dan kalungnya. Ia memakai headphonenya dan menekan tombol
play pada i-pod. Mengalunlah lagu Baekhyun. Ia tersenyum kecil. Ia mengambil
surat Chan yeol dan membacanya.
“Ini adalah surat berantai. Jika kau menjaga
kalung ini, kau akan terhindar nasib buruk dan kau akan bertemu denganku lagi.
Jadi, jangan hilangkan Gadis Incheon. Got it? I’ll be back.”
“Baiklah Chan-ah. Ayo
kita bertemu lagi.” Ujar Yeon Hee pelan.
Yeon Hee menahan tangis
dan memejamkan matanya, mengingat kembali saat-saat ia bersama Chan yeol.
6 bulan kemudian
Yeon Hee sedang duduk
sendirian di kamarnya memelototi kalendernya.
“Bertemu lagi apanya?
Lagu baru mereka rilis dan menjadi hits, tapi bahkan Chan tak pernah
meneleponku sekalipun.” Batinnya kesal.
“Aku tidak menunggu
teleponnya. Aku tidak akan menelepon atau mengiriminya pesan Line pertama kali.
Aku harus meneguhkan keputusanku. Dan lingkaran ini menunjukkan bahwa aku bukan
gadis yang mudah.” Ujarnya penuh tekad. Ia lalu kembali melirik kalendernya.
Setiap hari ia selalu
melingkari tanggal hari itu untuk menghitung hari sejak Chan yeol pergi.
“Ah, tapi berapa banyak
lingkaran lagi yang harus aku buat?” ujar Yeon Hee kesal.
Sebuah pesan Line masuk
ke handphonenya. Dari ibunya.
Ibu: Seseorang akan indah. Pergi bersihkan rumah
mereka.
Yeon Hee: Aku sudah belajar dari yang terakhir
kali.
Ibu: Aku adalah ibumu.
Yeon Hee kesal ia bahkan
tak bisa menolak permintaan ibunya.
Yeon Hee masuk ke dalam
rumah kakek Chan yang sebentar lagi akan di tempati seorang pindahan dengan
membawa alat bersih-bersih.
“Siapa sih yang pindah?
Tak ada perubahan apapun.” Ujarnya pada dirinya sendiri.
Ia masuk ke dapur dan
menemukan sebuah bungkusan kue beras.
“Ini harus dimakan
sebelum mendingin.” Ujar Yeon Hee menatap bungkusan itu penuh minat. Ia membuka
bungkusan itu dan memakan salah satu kuenya. Ia mengangguk-angguk puas. Namun
ia tersedak dan memukul-mukul dadanya.
Sebuah tangan mengulurkan
air putih padanya.
“Ini.”
Yeon Hee terkejut dan
menoleh. Mendapati seluruh member Exo-K berdiri di hadapannya dan tersenyum
dengan manis.
“Hai, Gadis Incheon.”
Ucap mereka serempak.
“Mereka kembali! Oh My God! Exo oppa akan tinggal
di sebelah rumah.”
Mata Yeon Hee bertemu
dengan Chan yeol yang tersenyum paling manis.
“Hai Gadis Incheon.”
Wow!
Haha, seneng deh rasanya
bisa nyelesein recaps Exo Next Door sampe selese. Penuh perjuangan, entah itu
nyolong-nyolong waktu diantara belajar, entah waktu flu berat, waktu kuota
habis. Huaah! Penuh peluh deh. :D
Tapiii, aku ngerasa semua
itu terbayar sudah waktu aku ngeliat komentar-komentar chingu semuanya.
Bener-bener mood booster yang ampuh! Oleh karenanya aku mo kasih special thanks
ku buat: mumu Namoo, nur faida, Mazkanah Bintang Scorpio, Sekar Jevera, silvana
efrilia, ira sulistiana, Giana Hari Santi... yang hampir selalu komen di setiap episodenya –i heart u all xD-
Juga buat semua chingu
yang udah komen yang namanya gak bisa aku sebutin satu-satu, plus semua chingu
yang udah berkunjung ke blogku, i love u all :D
Sekedar kabar baik nih,
rencana akan ada END versi filmnya, makanya tunggu aja tanggal rilisnya. :D
Kalaupun bener akan ada END season 2, jika emang gaada halangan aku bakal berusaha ngerecaps juga. Jadi mohon supportnya yaa :D
Kalaupun bener akan ada END season 2, jika emang gaada halangan aku bakal berusaha ngerecaps juga. Jadi mohon supportnya yaa :D
Tapii, setelah ini, aku
bakal hiatus dulu chingu, fokus masuk PT. :D Next project sih mo bkin ff, tapi
gatau juga sih. Hehe.
Seperti biasa, untuk
episode terakhir, komentar di persilakan. :D Don’t be silent readers.
Annyeong~