Friday 29 May 2015

Sinopsis Exo Next Door Ep 16

Posted by Unknown at 05:57 25 comments



Hai chingu! :D
Aku kembali lagi membawa postingan Sinopsis Exo Next Door episode 16, yeay!
.
.
OMG!!! YA TUHAN!! EPISODE 16!! EPISODE TERAKHIRR??! APPAA?!! –Dilempar pot sama tetangga sebelah-
Yak. Kira-kira kayak gitulah rasanya waktu aku mo ngerecaps episode ini. Gak nyangka bener-bener uda sampe episode terakhir.
Setidaknya setelah ini bakal ada season 2 :D Tunggu tanggal mainnya yaa..
Langsung aja ke recapsnya, cuss!




Chan yeol berlari kencang menuju taman bermain tempat Yeon Hee sudah menunggu. Tapi ketika Chan yeol datang, Yeon Hee sudah tak ada di sana. Chan yeol melihat sekeliling taman itu baik-baik dan menemukan Yeon Hee sedang meringkuk di tangga pojok taman. Chan yeol menghela nafas lega, tersenyum melihatnya. Ia lalu menghampirinya.
Yeon Hee mendongak kaget saat melihat Chan yeol berada di sampingnya.
“Aku tahu aku terlambat. Apa kau marah?” ujar Chan yeol. Yeon Hee segera berdiri, ia memandang Chan yeol seperti tak percaya. Ia lalu menggeleng.
“Tidak terlalu.” Ucapnya tak jelas. Chan yeol tak mengerti ucapannya.
Yeon Hee menunjuk bibirnya.
“Bibirku membeku.” Ujarnya. 



Chan yeol tertawa geli. Ia menghangatkan tangannya dan menaruh tangannya di pipi Yeon Hee-mencoba menghangatkannya- sampai bibir Yeon Hee monyong ke depan. Chan yeol tertawa geli lagi.
“Ah, ini hangat.” Ucap Yeon Hee dengan bibirnya yang monyong.




Sementara Do sedang berada di kamar, merenung. Ia kembali mengingat percakapannya dengan Yeon Hee saat masih berada di taman bermain beberapa saat yang lalu.
“Apa yang kau lakukan di sini? Menunggu seseorang?” tanya Do.
“Chai.” Jawab Yeon Hee tak jelas. Do tak mengerti ucapannya. Yeon Hee sedikit menghangatkan bibirnya yang kebas, lalu mengulangi jawabannya. “Chan.”
Do terlihat sedikit tak senang.
“Sudah berapa lama kau di sini?” tanyanya. Yeon Hee mengecek handphonenya. “Sekitar 4 jam.”
“Jika dia tak datang kau seharusnya pulang.” Ujar Do kesal.
“Dia tak menjawab telepon dan aku tak mau kehilangannya. Apa sesuatu terjadi padanya?” ujar Yeon Hee khawatir. Do menatapnya dingin.
“Kau mengkhawatirkannya di saat kau sendiri membeku?” tanyanya.
“Dia tidak menjawabya bukan tanpa alasan.” Bela Yeon Hee pelan.
Do menjelaskan bahwa dia ada sedikit masalah sebelumnya, tapi sekarang semua sudah baik-baik saja. 



“Chan yeol sudah di rumah. Ayo kita pergi.” Lanjutnya masih dengan raut dingin. Ia menarik tangan Yeon Hee mengajaknya pulang. Tapi Yeon Hee menolaknya. Do terlihat terkejut.
“Ada hal yang harus aku lakukan dengannya. Aku sudah menyiapkan ini semua.” Ujar Yeon Hee.
“Jadi kau akan terus menunggu?” tanya Do pelan. Yeon Hee mengangguk semangat. Yeon Hee berkata bahwa Chan yeol pasti datang. Do sendiri yang bilang bahwa semua sudah baik-baik saja.
Do terpaku.




Sebuah pesan masuk ke handphone Do, menyadarkannya dari lamunannya. Pesan dari Yeon Hee.
Aku akan bertemu dengannya. Terimakasih chingu.
Mungkin seharusnya aku tak memberitahu Chan yeol.”  Ujar Do dalam hati.
Sebelumnya Do datang ke kamar Chan yeol. Menatap Chan yeol penuh arti, penuh dengan kesedihan juga kekecewaan. Chan yeol menatapnya balik, bingung. Namun tiba-tiba Chan yeol sadar sesuatu dan buru-buru mengambil jaketnya dan berlari keluar kamar. Meninggalkan Do yang terpaku, menunduk.




Semenit di sana, kurasa membuatnya menunggu lama. Namun aku ingin mencarinya sendiri. Untuk sekali saja, aku tak ingin menjadi baik.” Batin Do egois.
Tapi kau terlihat sangat kedinginan. Kau adalah gadis pertama yang kuulurkan tangan tanpa ragu-ragu. Aku tak pernah tahu jantungku berdegup begitu kencang. Tapi aku terlambat dan terlalu pengecut untuk berbagi kenangan bersamanya.” Do mengingat saat ia pertama kali menyentuh pipi Yeon Hee, saat ia menanyakan siapa lelaki yang paling ia suka, saat Yeon Hee tertawa bersama Chan yeol.
Do mengalihkan pandangan ke jendela.
“Aku menyukaimu. Aku menyukaimu.” Sadarnya.




Do kembali mengingat saat di taman bermain tadi.
“Aku, temanmu kan?” ujarnya pelan, menatap Yeon Hee tajam, penuh dengan pengharapan.
Yeon Hee mengangguk. “Ya, kita teman.” Ujarnya pelan, tapi mantap.
Do mengingat saat dulu ia meminta menjadi teman Yeon Hee, saat berada di kamarnya.
Bodohnya aku. Aku tak akan pernah lagi meminta seorang gadis untuk menjadi temanku. Mungkin suatu hari nanti gadis yang aku suka, juga akan menyukaiku.” Do tersenyum pahit, menyandarkan kepalanya ke sofa dan memejamkan matanya.
Dan itu akan menjadi sebuah keajaiban.





Yeon Hee berada di kamarnya mengingat saat Chan yeol menangkupkan tangannya ke pipinya dan tersenyum hangat. Yeon Hee memekik senang dan menggeliat-geliat malu di kasurnya.
“Itu membuatku menggeliat dengan malu, tapi, aku sangat senang! Ya tuhan!” pekiknya kembali menggeliat-geliat di kasurnya.



Gwangsu dan Ibunya yang berada di bawah, sedang menonton Tv menengok ke lantai atas, heran dengan pekikan Yeon Hee.
“Apa yang terjadi  pada kakakmu? Apa dia gila?” ujar ibunya menoleh pada Gwangsu.
“No, no, no. Dia berkomunikasi dengan tetangga supranatural kita, seperti lumba-lumba.”  Ujarnya bodoh. Ibunya berkedip tak percaya.
“Gwangsu, anakku. Apa kau sakit? Apa kau ada keluhan?” ujar ibunya berusaha sabar. Gwangsu menggeleng pelan.
“Bagus. Semua yang kuinginkan adalah agar kau sembuh.”  Ujar Ibunya menggertakkan gigi gemas namun tetap tersenyum. Berusaha menahan kesabaran dengan keanehan anaknya yang semakin menjadi-jadi.




Chan yeol duduk di depan meja di kamarnya, memperhatikan Yeon Hee membersihkan kamarnya. Ia teringat ucapan Suho.
“Chan yeol, jadwal tur kita sudah diatur. Sudah siap? Ya, kita akan berangkatlebih cepat dari yang diperkirakan.Tidak ada banyak wakt lagi, kita harus mengecek semua barang yang akan kita bawa.”
Chan yeol menghela nafas panjang. Melamun.
“Ada seorang anak kecil.” Ujarnya tiba-tiba, seolah bicara pada dirinya sendiri. Yeon Hee menoleh pada Chan yeol heran.
“Dia tidak pandai mengungkapkan emosinya. Dia menyukai seorang gadis, tetapi dia tak berani memberitahu gadis itu tentang perasaannya.” Lanjut Chan yeol.
“Suatu hari seorang anak mengambil boneka beruang gadis itu. Akhirnya anak itu berbicara padanya. Dia bilang bahwa jika dia mengambilkan boneka beruang itu, gadis itu mungkin akan menyadari perasaannya. Dia hanya berpura-pura. Dia tahu bagaimana perasaannya bahkan jika ia tak mengatakan hal itu. Dia tak tahu kenapa. Tapi itulah yang ia pikir.” Ujar Chan yeol mengakhiri monolognya. Ia bangkit dan berdiri, lalu menoleh pada Yeon Hee yang selama ini memperhatikannya.



“Aku tak berbuat baik padamu. Aku minta maaf.” Ujarnya seraya tersenyum. Yeon Hee terpaku menatapnya.
“Aneh, apa ini? Wajahmu tak memerah.” Ujar Chan yeol tersenyum menggoda. Yeon Hee tersadar dan meraba pipinya.
“Oh, kau benar!” ujarnya sambil tersenyum. Chan yeol berbalik memunggungi Yeon Hee.
“Kau tidak perlu datang lagi.” Ujarnya membuat Yeon Hee kaget.
“Kau dipecat, bodoh.” Ujar Chan yeol dengan berat. Ia menoleh mendapati Yeon Hee yang terkejut. Ia lalu tersenyum lemah.
“Tapi, tugas Gadis Incheon belumlah selesai.” Ujarnya dengan ceria.
“Tugas?” ujar Yeon Hee bingung.




Chan yeol, Do, Baekhyun dan Sehun sudah berada di luar rumah pagi-pagi sekali. Mereka bersiap meninggalkan rumah itu.
“Hei, ayo pergi.” Ajak Baekhyun tersenyum, lalu masuk ke van. Do dan Chan yeol terdiam, masih memandangi rumah Yeon Hee. Sementara Sehun sibuk menelepon Gwangsu, namun tak ada jawaban.
“Aku ingin bertemu Gwangsu untuk terakhir kalinya sebelum pergi. Kenapa dia tak menjawab, dia tertidur atau apa?” keluh Sehun.Sehun masuk ke van, diikuti Do. Chan yeol masih berdiri terdiam.
“Selamat tinggal Ji Yeon Hee.”




Van mulai berjalan. Tiba-tiba ada seseorang yang mengejar van mereka. Sehun membuka kaca jendela van dan melihat di spion. Gwangsu. Ia berlari mengejar van itu, melambai-lambaikan bungkusan di tangannya.
“Chingu-ya!” ujar Sehun dengan ekspresi terkejut dan sedih, mengulurkan tangannya ingin meraih Gwangsu.Van masih tetap berjalan dan Gwangsu tetap berusaha keras mengejar mereka. Van akhirya menepi. Sehun berlari keluar menyongsong Gwangsu. Mereka bertemu di tengah-tengah dan berpelukan erat.




“Aku merindukanmu. Kenapa kau terlambat?” ujar Sehun kesal. Gwangsu mengulurkan bungkusan di tangan kirinya dan termos di tangan kanannya.
‘Kopi Guatemala tanpa di bakar’
“Apa ini?” ujar Sehun bingung.
“Aku membuat ini semalaman. Aku menangani masing-masing biji dengan hati-hati. Minumlah nanti di pesawat.” Ujar Gwangsu menahan tangis. Sementara Sehun tambah kesal.
“Kau tak perlu membuatnya.” Ujar Sehun.
“Dah Sehun. Aku akan membuatnya sedikit tidak kasar lain kali.” Ujar Gwangsu menahan tangis. Sehun memandanginya.
“Aku akan kembali. Jagalah dirimu.” Ujar Sehun. Lalu Sehun memeluk Gwangsu untuk yang terakhir kali. Van kembali berjalan dan memisahkan Sehun dan Gwangsu.




Gwangsu kembali ke campnya dan menemukan sebuah kayu khusus untuk latihan memukul dari Sehun. Tertempel sebuah stick note.
Jadilah seorang seniman bela diri yang sejati.
Gwangsu pun terharu.




“Dia memecatku, lalu menyuruhku membeli sup saat subuh?” ujar Yeon Hee kesal di jalanan menuju rumah Chan yeol.
“Aku akan memanaskan sup ini, dan membuat mulutnya terbakar. Itu akan memberi pelajaran baginya.” Lanjut Yeon Hee. Ia sampai di depan rumah Chan yeol dan terkejut melihat tumpukan kardus di depan rumah.
Yeon Hee berlari ke rumah itu, masuk ke kamar Chan yeol dan mendapati kamar itu sudah kosong. Ia terhenyak. Tiba-tiba matanya menumbuk sebuah benda di atas meja, tempat gitar Chan yeol.
“Dia meninggalkan ini?” ujar Yeon Hee. Ia membuka tempat gitar itu dan menemukan sebuah headphone, i-pod, selembar surat dan kalungnya. Ia memakai headphonenya dan menekan tombol play pada i-pod. Mengalunlah lagu Baekhyun. Ia tersenyum kecil. Ia mengambil surat Chan yeol dan membacanya.
“Ini adalah surat berantai. Jika kau menjaga kalung ini, kau akan terhindar nasib buruk dan kau akan bertemu denganku lagi. Jadi, jangan hilangkan Gadis Incheon. Got it? I’ll be back.”
“Baiklah Chan-ah. Ayo kita bertemu lagi.” Ujar Yeon Hee pelan.
Yeon Hee menahan tangis dan memejamkan matanya, mengingat kembali saat-saat ia bersama Chan yeol. 




6 bulan kemudian
Yeon Hee sedang duduk sendirian di kamarnya memelototi kalendernya.
“Bertemu lagi apanya? Lagu baru mereka rilis dan menjadi hits, tapi bahkan Chan tak pernah meneleponku sekalipun.” Batinnya kesal.
“Aku tidak menunggu teleponnya. Aku tidak akan menelepon atau mengiriminya pesan Line pertama kali. Aku harus meneguhkan keputusanku. Dan lingkaran ini menunjukkan bahwa aku bukan gadis yang mudah.” Ujarnya penuh tekad. Ia lalu kembali melirik kalendernya.
Setiap hari ia selalu melingkari tanggal hari itu untuk menghitung hari sejak Chan yeol pergi.
“Ah, tapi berapa banyak lingkaran lagi yang harus aku buat?” ujar Yeon Hee kesal.
  
Sebuah pesan Line masuk ke handphonenya. Dari ibunya.
Ibu: Seseorang akan indah. Pergi bersihkan rumah mereka.
Yeon Hee: Aku sudah belajar dari yang terakhir kali.
Ibu: Aku adalah ibumu.
Yeon Hee kesal ia bahkan tak bisa menolak permintaan ibunya.




Yeon Hee masuk ke dalam rumah kakek Chan yang sebentar lagi akan di tempati seorang pindahan dengan membawa alat bersih-bersih.
“Siapa sih yang pindah? Tak ada perubahan apapun.” Ujarnya pada dirinya sendiri.
Ia masuk ke dapur dan menemukan sebuah bungkusan kue beras.
“Ini harus dimakan sebelum mendingin.” Ujar Yeon Hee menatap bungkusan itu penuh minat. Ia membuka bungkusan itu dan memakan salah satu kuenya. Ia mengangguk-angguk puas. Namun ia tersedak dan memukul-mukul dadanya.



Sebuah tangan mengulurkan air putih padanya.
“Ini.”




Yeon Hee terkejut dan menoleh. Mendapati seluruh member Exo-K berdiri di hadapannya dan tersenyum dengan manis.
“Hai, Gadis Incheon.” Ucap mereka serempak.
“Mereka kembali! Oh My God! Exo oppa akan tinggal di sebelah rumah.”
Mata Yeon Hee bertemu dengan Chan yeol yang tersenyum paling manis.
“Hai Gadis Incheon.”


Wow!
Haha, seneng deh rasanya bisa nyelesein recaps Exo Next Door sampe selese. Penuh perjuangan, entah itu nyolong-nyolong waktu diantara belajar, entah waktu flu berat, waktu kuota habis. Huaah! Penuh peluh deh. :D
Tapiii, aku ngerasa semua itu terbayar sudah waktu aku ngeliat komentar-komentar chingu semuanya. Bener-bener mood booster yang ampuh! Oleh karenanya aku mo kasih special thanks ku buat: mumu Namoo, nur faida, Mazkanah Bintang Scorpio, Sekar Jevera, silvana efrilia, ira sulistiana, Giana Hari Santi... yang hampir selalu komen di setiap episodenya –i heart u all xD-
Juga buat semua chingu yang udah komen yang namanya gak bisa aku sebutin satu-satu, plus semua chingu yang udah berkunjung ke blogku, i love u all :D
Sekedar kabar baik nih, rencana akan ada END versi filmnya, makanya tunggu aja tanggal rilisnya. :D
Kalaupun bener akan ada END season 2, jika emang gaada halangan aku bakal berusaha ngerecaps juga. Jadi mohon supportnya yaa :D
Tapii, setelah ini, aku bakal hiatus dulu chingu, fokus masuk PT. :D Next project sih mo bkin ff, tapi gatau juga sih. Hehe.
Seperti biasa, untuk episode terakhir, komentar di persilakan. :D Don’t be silent readers.
Annyeong~








Wednesday 27 May 2015

Sinopsis Exo Next Door Ep 15

Posted by Unknown at 09:15 9 comments



Aloha!
Mian telat nge pos chingu! Haha.
Udah gek kerasa tinggal satu episode ya? Kayaknya 16 episode tuh gak cukup deh. Butuh 1250 episode baru cukup. Kalo perlu kasih season 2 nya. Haha.  –Author lagi sedeng xD-
Langsung aja ya? Cuss! 




“Mari kita kencan setelah kau selesai bekerja besok.” Ujar Chan yeol pada Yeon Hee. Yeon Hee terpengarah.
“Kencan?” ujarnya sedikit tak percaya.
Do berdeham menyadarkan mereka berdua. Chan yeol dan Yeon Hee menoleh.
“Ada apa?” ujar Do.
“Huh?” ujar Chan yeol tak mengerti.
Handphone Do bergetar. Telepon dari manager.
“Ada masalah besar. Suho meghilang!” ujar suara di seberang panik.
“Apa?!” teriak Do tak sadar. Chan yeol dan Yeon Hee memandangnya ikut terkejut.
“Apa? Kenapa?” tanya Chan yeol ikut panik. Do baru tersadar.
“Tak apa.” Ujarnya pelan, melirik sedikit ke arah Yeon Hee kemudian memandang penuh arti pada Chan yeol. Chan yeol mengerti.
“Um, sebaiknya kau pergi saja.” Ujar Chan yeol mempersilakan Yeon Hee pergi. Yeon Hee menurut dan pergi meski sedikit bingung.



Empat sekawan, Do, Baekhyun, Sehun dan Chan yeol berkumpul di basement.
“Apa? Suho menghilang?” teriak Chan yeol kaget.
“Dia meninggalkan rumah sakit tanpa bilang apa-apa. Ponselnya juga mati.” Ujar Baekhyun.
“Benarkah? Mungkin dia hanya pergi sebentar.” Ujar Do tak percaya.
“Tidak. Aku mendengarnya dari manager. Dia mengemasi semua barangnya. Ah, dia pergi tanpa bilang apapun.” Balas Sehun.
Chan yeol tak percaya kenapa dia melakukan itu. Tapi tak ada yang bisa menjawab.



“Apakah sesuatu yang buruk telah terjadi?” ujar Yeon Hee pada dirinya sendiri. Yeon Hee berada di kamarnya, memikirkan kejadian tadi.
“Ah, tidak mungkin. Dia bilang tidak ada apa-apa.” Sangkal Yeon Hee. Yeon Hee teringat ajakan kencan Chan yeol dan tersenyum.




“Suho tidak menghubungimu?” ujar Baekhyun di telepon pada member China. Member China tak berada di Seoul saat itu. Mereka berkumpul sama-sama mendengarkan berita dari Baekhyun lewat telepon.
“Tidak. Aku bisa gila di sini. Apa kau sudah mencarinya?” ujar Xiumin sangat khawatir.
“Sebenarnya apa yang terjadi?” ujar Tao ikut bertanya.
Kemarin aku bicara dengannya, dia terlihat baik-baik saja. Kakinya juga sudah lebih baik.” Ujar Kai ikut frustasi pada Sehun di seberang telepon.
“Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan.” Ujar Sehun pelan pada Kai. Do pun merasa sama dengan Sehun.
“Chan yeol pergi kerumah Suho. Kita juga akan kesana kalau manager datang kemari.” Ujar Baekhyun pada member China di seberang telepon.
“Beritahu aku jika kau dapat berita baru.” Ujar Chen.
“Periksa kafe yang sering dia kunjungi, oke.” Ingat Lay.
“Aku seharusnya ada di Korea.” Desah Kai.




Suho berada di pinggir sungai Han. Ia kembali mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu.
Ia hendak menemui dokternya saat ia mendengar pembicaraan dokter dan managernya.
“Dokter, kumohon pertimbangkanlah kembali. Tolong pikirkan tentang Suho.” Pinta managernya dengan memelas.
“Selama 10 tahun aku menjadi dokter aku tak pernah menemui masalah seperti ini.” Desah dokter itu. “Ini bukan tanggung jawabku.”
“Lakukanlah sekali ini saja. Untuk saat ini jangan katakan dulu pada Suho.” Pinta managernya lagi.
Suho mulai mengerti dengan apa yang terjadi. Ia menundukkan kepalanya dengan muram. Ia berjalan kembali ke kamar pasiennya dengan tertatih-tatih.
“Aku merasa kalau aku sudah baik-baik saja. Mungkin ini akhir bagiku.” Ujar Suho putus asa, masih di pinggir Sungai Han. Ia tiba-tiba berdiri dan meneriakkan seluruh rasa frustasinya.




Sementara Yeon Hee sedang bingung dengan handphonenya. Ia hendak menanyakan Chan yeol tentang rencana kencan mereka.
“Kemana kita akan pergi? Haruskah aku bertanya? Tidak, itu akan terlihat memaksa. Tapi, mungkin juga tidak. Itu wajar, kalau ingin tahu.” Ujarnya pada dirinya sendiri.
Ia mulai mengetik pesan untuk Chan yeol. Tapi buru-buru menghapusnya karena tidak cocok. Ia mengetik lagi dan menghapusnya lagi. Begitu seterusnya sampai tiba-tiba Ga Eun mendobrak pintu dan masuk tanpa ijin, mengagetkan Yeon Hee.




“Apa itu?! Aku merasakan aura yang kuat dari arah sini. Aku tahu pasti ada sesuatu.” Ujar Ga Eun mencoba menengok ke belakang punggung Yeon Hee, dimana ia menyembunyikan handphonenya.
Yeon Hee menyerah.
“Apa maksudnya jika seseorang mengajakmu berkencan, tapi tidak bilang waktu dan tempat yang spesifik?” tanya Yeon Hee. Ga Eun terkesiap.
“Apakah Cho Minhwan menghubungimu?” selidiknya. Yeon Hee menyangkal.
“Apa kau bisa berjenti membicarakannya? Dia memang menghubungiku. Tapi tahu kenapa? Dia ingin tahu nomornya si Cantik dari SMA kita, Taehee. Dasar, kau selalu saja mengarahkanku ke arah yang salah.” Bentak Yeon Hee menyalahkan. Ga Eun sedikit merasa bersalah.
“Sekarang fokuslah pada masalahku.” Ujar Yeon Hee. Ga Eun mengangguk dan mulai memberi nasihat.
“Jika ia tidak memberitahumu secara spesifik, berarti itu tergantung padamu. Kaulah yang memutuskannya. Pria tidak menyukai wanita yang segala sesuatunya dilakukan untuk mereka. Jika pria mendorong, maka kau harus menariknya. Kau harus proaktif.” Ujar Ga Eun dengan semangat.
“Aku harus menarik? Lebih proaktif?” ujar Yeon Hee pelan.



“Bagaimana mungkin Suho tak menghubungi kita.” Ujar Baekhyun pada Do. Mereka berdua bersiap untuk mencari Suho. Do terhenti.
“Sebenarnya, dia menghubungiku.” Ujar Do pelan. Ia lalu menceritakan pada Baekhyun bahwa kemarin sore ia mendapat telepon dari Suho.



Suho tampak berada di seberang jalan, duduk sendirian. Ia memutuskan menelepon Do, meski sedikit ragu.
“Apa yang kau lakukan?” ujar Suho pada Do di seberang telepon.
“Aku sedikit bingung.” Ujar Do, tak sadar bahwa Suho sedang kabur dari rumah sakit. Suho bertanya tentang apa.
“Apa aku harus bersikap jantan, atau hanya melihatnya saja seperti seorang pengecut. Ini adalah masalah tersulit yang pernah kuhadapi. Tak peduli bagaimana aku memikirkannya, aku belum juga mendapat jawabannya.” Ujar Do, tak mengerti bahwa Suho ingin menceritakan kegelisahannya juga.
“Aku jadi pengecut. Tapi aku berharap kau bisa bersikap jantan.” Ujar Suho. Do merasa ada yang salah, ada bertanya apakah ada sesuatu dengan Suho. Suho menyangkalnya, berkata ia baik-baik saja. Suho seolah tak mau menambahi masalah yang membebani Do.
“Bagaimanapun, bergembiralah. Sampai jumpa.” Ujar Suho kemudian menutup telepon.
“Padahal aku ingin memberitahumu segalanya. Tapi waktuku sudah habis.” Ujar Suho pelan pada dirinya sendiri.




“Sehun dan aku akan mencari ke rumah sakit. Do dan Chan yeol, kalian mencarilah di sekitar sungai.” Ujar Baekhyun. Chan yeol mengiyakan. Mereka berempat bergegas keluar dari van, tak lupa mengenakan masker mereka. Mereka lalu berpencar.
Tepat saat Chan yeol turun dari van, handphonenya yang tertinggal di sana berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Yeon Hee.
“Aku akan memilih tempat kencannya. Ayo kita bertemu di taman bermain, dan berjalan-jalan di sekitar kompleks tetangga kita yang dulu.”



Sementara member China dan Kai yang tidak berada di Korea hanya bisa pasrah menunggu kabar.



Chan yeol, Do, Baekhyun dan Sehun kembali ke rumah setelah pencarian Suho berakhir nihil.
“Sudah terlalu larut untuk mencarinya. Kita harus menunggu lagi.” Ujar Sehun. Baekhyun tersadar Chan yeol tak membawa handphonenya. Chan yeol menjawab bahwa handphonenya tertinggal di van dan sedang di bawa oleh manager.
Chan yeol terdiam sejenak. Ia menundukkan wajahnya lama.
“Ini salahku.” Ujarnya pelan. Baekhyun, Sehun dan Do otomatis langsung menoleh pada Chan yeol.
“Aku seharusnya lebih berhati-hati. Aku selalu saja menganggap diriku sempurna. Tapi aku melakukan kesalahan yang besar.” Lanjut Chan yeol semakin menyalahkan dirinya sendiri.
“Itu hanyalah kecelakaan. Jangan salahkan dirimu.” Ingat Do. Ia pun ikut terdiam setelahnya.
“Suho menghubungiku setelah ia meninggalkan rumah sakit. Aku terus saja berbicara tentang diriku sendiri. Tentang perasaanku. Seandainya saja aku mengetahuinya..” ujar Do. Ikut menyalahkan dirinya.
“Itu semua bukan kesalahanmu, jangan khawatir. Tunggu saja. Dia pasti akan menghubungi kita.” Ujar Baekhyun menengahi. Malam itu semua member Exo tak bisa tidur karena masih saja khawatir dengan keadaan Suho.



“Sudah pagi. Hari ini kita harus mencarinya kemana?” ujar Do.
“Rumahnya, rumah temannya, tempat yang sering ia datangi. Tempat apa lagi?” ujar Do bertanya-tanya.
“Tempat yang tenang.” Usul Sehun.
“Tempat dimana dia bisa sendirian.” Tambah Baekhyun. Tapi dimana itu. Chan yeol terkesiap, ia berdiri dengan tiba-tiba.
“Aku tahu tempat itu. Aku akan menghubungi kalian. Kau hubungi manager.” Ujar Chan yeol seraya mengambil handphone Sehun di meja. Ia berlari keluar basement setelahnya, diikuti pandangan bingung Baekhyun dan Sehun.




Benar saja, Suho sedang berada di tempat latihan dance. Ia tampak merenung, lalu memutuskan berdiri dan mulai menari. Ia terus saja berhenti dan mengelus kakinya yang masih cedera. Tapi ia bangkit lagi dan menari lagi, begitu seterusnya. Ia menahan rasa sakit di kakinya, juga menahan air matanya agar tak tumpah.
“Suho hyung!” sebuah suara menghentikannya dari menari. Ia menoleh mendapatkan Chan yeol berada di depan pintu, tersenyum lega.



Sementara itu pagi-pagi Yeon Hee sudah berdandan cantik untuk kencannya hari ini, ia mematut-matut dirinya di cermin. Ia lalu menunggu di taman bermain. Menunggu, dan terus menunggu.



Sementara Chan yeol dan Suho sedang duduk bersebelahan.
“Apa kau tahu betapa aku mengkhawatirkanmu? Aku pikir jantungku akan berhenti berdetak.” Ujar Chan yeol masih sedikit kesal. Suho tertawa.
“Bukankah aku ini bukan pacarmu? Atau apapun itu?” ujarnya geli sambil menepuk-nepuk kepala Chan yeol.
 “Kenapa kau pergi tanpa bilang apapun? Apakah separah itu?” ujar Chan yeol. Senyum Suho lenyap.
“Aku tebak kau belum mendengarnya. Kita harus menunda jadwal kita.” Ujar Suho kemudian, dengan lemah.
“Tentang kakiku.. Aku akan melakukan yang terbaik. Tapi kalau aku tak bisa menari, aku akan meninggalkan grup sampai aku sembuh. Kita tidak bisa membiarkan fans kita menunggu.” Ujar Suho serius.
“Kau ingin kami tampil tanpamu? Tidak akan pernah!” ujar Chan yeol terkejut. Suho tertawa geli dan berkata bahwa dia suka dengan kesetiaan Chan yeol.
“Bukannya aku setia, tapi ini tidak benar. Kau terluka karena aku.” Ujar Chan yeol.
“Sudah kubilang jangan pernah berkata seperti itu.” Ujar Suho menasihati. 



Tiba-tiba pintu ruang dance itu terbuka. Sehun Baekhyun dan Do masuk dengan tergesa-gesa. Mereka mendatangi Suho dengan muka setengah lega setengah kesal. Mereka lega melihat Suho baik-baik saja. Suho sendiri terlihat sedikit merasa bersalah. Masih berada di sana, Baekhyun menyambungkan video call dengan member china, dan Sehun menyambungkan dengan Kai. Akhirnya mereka bersepuluh dapat berkumpul lagi, meski jarak memisahkan mereka.
“Suho, apa kau tak tahu betapa aku mengkhawatirkanmu? Kau membuat kami semua khawatir.” ujar Kai.
“Hyung! Apa kau baik-baik saja? Apa kau dalam masa pubertas?” ujar Chen.
“Siapa yang menyuruhmu pergi tanpa bilang-bilang?” ujar Tao menyalahkan.
Sementara Suho hanya bisa tersenyum dan meminta maaf pada mereka.




Yeon hee sudah menunggu beberapa jam, dan ia sangat kedinginan. Ia berdiri dan berjalan mondar mandir mencoba menghangatkan diri. Meskipun ia sudah menunggu lama ia masih  optimis Chan yeol akan datang.
“Dia tak menjawab pesanku, apa dia akan datang?Ah, tidak. Tidak ada berita berarti kabar baik.” Ujar Yeon Hee pada dirinya sendiri.
Akhirnya Yeon Hee memutuskan untuk mengirim satu pesan.
“Kau akan datang kan?”







Sementara itu, Chan yeol dkk berada di van dalam perjalanan kembali kerumah. Chan yeol tertidur. DO berada di sebelahnya. Do melihat keluar jendela van dan melihat Yeon Hee sedang berada di di taman bermain, terlihat seperti menunggu seseorang. Ia menoleh pada Chan yeol dan tersadar. Ia berpikir keras.




Masih di taman bermain, duduk di ayunan, Yeon Hee menundukkan kepalanya. Ia melihat sepasang sepatu mendekat. Yeon Hee mendongak dan tersenyum lebar, menyangka orang itu Chan yeol. Namun, senyumnya goyang saat melihat orang di hadapannya bukan Chan yeol tapi Do. Do tersenyum hangat padanya. 




Chan yeol tampak berlari-lari menuju taman bermain. Mukanya sangat kusut. Ia baru saja menerima pesan dari Yeon Hee. Namun saat ia sampai di sana, taman bermain itu kosong. Yeon Hee sudah pergi.
-TBC-
Scene Bonus:




“Tolong pak dokter, kumohon.” Pinta manager itu pada dokter untuk yang kesekian kalinya. Saat itu Suho sudah pergi kembali kekamarnya.
Akhirnya dokter itu luluh.
“Baiklah, tapi aku hanya akan melakukan ini sekali saja.” Ujarnya. Manager itu pun terlihat senang. Mereka berterimakasih pada dokter, lalu mengeluarkan handycam -loh?-
“Katakan sesuatu pada Suho yang akan segera pergi.” Ujar manager dengan ceria, sambil mengarahkan handycam itu ke wajah dokter.
“Suho, jagalah kakimu setelah kau pergi. Aku harap kau akan menjadi sensasi di internasional. Sampai jumpa.” Ujar Dokter itu. Manager Exo merengut.



“Ayolah dokter, kau sudah berjanji.” Akhirnya Dokter itu pun luluh lagi. Ia berdiri dan mulai nge-rap.
“Mata melotot dan ketegangan menajam, aku akan memeriksamu. Aku mengaum, mengaum, mengaum, jika kau tidak mundur...”


WKWKWK xD rupanya Suho salah paham dengan percakapan antara manager dan dokternya. Ia menyangka kakinya masih dalam keadaan parah dan mungkin ia harus keluar dari grup sampai kakinya sembuh. Padahaal? Wwkwk XD
Yaah, setidaknya satu masalah udah selesai. Tinggal masalah Chan yeol, Yeon Hee dan Do aja. Aku sih ngedukung Chan yeol sama Yeon Hee. –biar Do buat aku aja. HAHAHA XD-
Haha, udah gitu aja. Ketemu lagi di episode selanjutnya.
Seperti biasa, komentar dipersilakan. Don’t be silent readers!
Annyeong~ :D





Powered by Blogger.
 

My World! Copyright by Isma Nurul Rosida My World | Template by Gift Idea